Mengintip Industry Kecil Menengah IKM Sagu Pangan Mama Papua
editor - Jurnal-Invetasi
Dec 06 2024
Industri Kecil Menengah (IKM) Brand beras sagu Mama Papua adalah IKM yang berbasis produksi pangan dengan nama perusahaannya PT. Galih Sagu Pangan. IKM ini didirikan oleh dua bersaudara yaitu bapak Halim dan ibu Leisy Chandra sejak tahun 2018 di daerah Kp. Kadu, Kel. Pete, Kec. Tigaraksa, Kab. Tangerang, Prov. Banten. PT Galih Sagu Pangan memiliki delapan karyawan yang terbagi kedalam produksi, dan packaging. Oreintasi dari IKM ini adalah menjadikan beras sagu sebagai alternatif ketahanan pangan lokal masyarakat di seluruh Nusantara maupun Mancanegara sehingga makanan pokok yang dikonsumsi setiap hari menjadi yang lebih sehat.
Dengan nama perusahaannya PT. Galih Sagu Pangan. IKM ini didirikan oleh dua bersaudara yaitu bapak Halim dan ibu Leisy Chandra sejak tahun 2018 di daerah Kp. Kadu, Kel. Pete, Kec. Tigaraksa, Kab. Tangerang, Prov. Banten. PT Galih Sagu Pangan memiliki delapan karyawan yang terbagi kedalam produksi, dan packaging. Oreintasi dari IKM ini adalah menjadikan beras sagu sebagai alternatif ketahanan pangan lokal masyarakat di seluruh Nusantara maupun Mancanegara sehingga makanan pokok yang dikonsumsi setiap hari menjadi yang lebih sehat.
Produk beras sagu Mama Papua ini memiliki suatu ciri khas yang berbeda dengan sagu yang lainnya, perbedaan tersebut terletak pada produk yang diciptakannya yaitu sagu varian berbumbu dan varian original. Varian berbumbu ada delapan varian rasa bumbu Nusantara, sedangkan varian original adalah rasa dari sagu itu sendiri tanpa ada pengolahan. Harapan besar dari IKM ini adalah melakukan ekspor produk sagu ke Jepang dan Cina, “Untuk kedepannya kita akan melakukan ekspor produk kita sebagai perluasaan usaha, saat ini kami sedang mengurus HACCP” ujar Leisy Chandra selaku Co-Founder PT.Galih Sagu Pangan. PT Galih Sagu Pangan ini merupakan IKM binaan Pemerintah Kabupaten Tangerang dan Kementrian Perdagangan dan Industri, yang sekarang sedang mengembangkan delapan varian Nusantara yang disesuaikan dengan permintaan di luar Negeri “Permintaan yang sudah pernah kita dapat dari beberapa negara yaitu Timur Tengah kemudian Jepang dan China”, ucap Leisy.
Kualitas premium beras sagu Mama Papua berhasil mendapatkan penghargaan dari IFI (Indonesia Food Innovation) sebagai juara 1 kategori internet media product untuk beras sagu, walaupun omset masih belum maksimal akan tetapi melihat permintaan pasar yang mulai ramai baik lokal ataupun Mancanegara beras sagu Mama Papua mempunyai potensi besar untuk dikembangkan. Ciri khas produk beras sagu Mama Papua dibanding beras analog lainnya yaitu dari bahan dasar yang menggunakan sagu dan harga jauh lebih ekonomis dibanding beras analog lainnya, Leisy menuturkan “Jangan disamakan dengan beras putih karena perbedaannya disini, kalau beras putih yang paling bagus sekitar Rp. 15.000/kg, tapi coba bayangkan dalam 100gr beras biasanya dikonsumsi untuk tiga orang, kalau ini bisa sampai lima bahkan enam orang jadi harga Rp.25.000 itu justru malah murah bukannya mahal, selain harga yang lebih ekonomis, beras sagu Mama Papua juga mengandung Indeks Glikemik yang rendah, bebas Gula, bebas Gluten, sangat rendah Natrium dan tanpa bahan pengawet, untuk itu bisa dikonsumsi semua golongan baik dewasa ataupun anak – anak”.
Pemasaran PT Galih Sagu Pangan ini dilakukan dengan dua cara yaitu secara online dan reseller diberbagai daerah diluar Banten seperti Kalimantan, Bali, Sulawesi, grup jantung sehat dari Batam, Samarinda store, dan Papua. Selain itu,produk ini juga tersedia di marketplace seperti Blibli, Official store, Tokopedia dan shopee. Komentar masyarakat tentang produk ini sangat beragam tapi semuanya mengarah pada kebutuhan produk sagu yang ekonomis ini mampu menutupi kebutuhan primer masayrakat. “Kita ada pengembangan juga kedepannya kita akan menciptakan beras dengan aroma sagu yang lebih sedikit, lebih wangi dan kadar kenyalnya berkurang jadi memang lebih mirip lagi nanti dengan nasi, yang kedua akan diciptakan beras nasi sagu instan yang mana dapat dimasak tanpa harus menggunakan rice cooker”, tutup Leisy.
Tags:
#umkm #industri kecil
Belum ada komentar.