jurnal-investasi
header-add

Opini

Umkmku

Infoin

Mengenal Sosok

Inve-story

Unggulan

Hot News

Gelora Indonesia Palestina melawan penjajah

Hotmartua Simanjunta - Jurnal-Invetasi


Sep 08 2024

Hubungan emosional antara Indonesia dan Palestina sangat dekat, baik dari faktor agama dan juga politik mempengaruhi kedekatan kedua negara. Semangat Islam dan nasionalisme menjadikan keduanya kokoh dalam lahir dan batin untuk terus memperjuangkan kemerdekaan masing-masing. 

Palestina melalui Mufti Agung Yerusalem dan pemimpin tertinggi Dewan Palestina yaitu Syekh Muhammad Amin Al Husaini, di Liga Arab pada tahun 1945 memiliki peran penting untuk meningkatkan pengakuan negara-negara Arab untuk Indonesia. Sebaliknya, Indonesia juga memberikan dukungan secara maksimal melalui inisiatif politik dan kemanusiaan. 

Semangat yang digelorakan secara membara sejak presiden pertama Republik Indonesia, Sukarno hingga sampai saat ini presiden ke-7 Jokowi Dodo bersama rakyat masih memegang teguh komitmen untuk terus mendukung kemerdekaan Palestina di atas penjajahan Zionis Israel. 

Gejolak perang antara Israel dan Palestina di jalur Gaza, yang telah banyak memakan korban, khususnya yang menyasar masyarakat sipil Palestina yang hingga kini sudah mencapai 11.000 jiwa dinyatakan meninggal dunia.

MERAWAT KEMERDEKAAN 

Kemerdekaan merupakan suatu impian setiap insan agar dapat bertumbuh dan berkembang memberikan kreasi dalam kehidupan. Oleh sebab itu penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan. 

Lantas, perlu kita melihat ke belakang bagaimana semangat perjuangan dan gelora merawat kemerdekaan bangsa Indonesia, dengan mengorbankan segala daya dan upaya untuk sebuah kemerdekaan yang mana hal serupa kini sedang dilakukan oleh bangsa Palestina.

Indonesia telah merdeka 78 tahun lamanya, berkat Rahmat Allah SWT tentunya dan dengan didorong oleh ke inginkan luhur, berhasil diproklamirkan pada tanggal 17 Agustus 1945 atau 9 Ramadan 1364 Hijriyah. Perjuangan merdekaan itu tidak diperoleh dalam hitungan hari, bulan dan tahun. Akan tetapi untuk menegakkan berdirinya kemerdekaan itu menorehkan pengorbanan berpuluh-puluh hingga beratus tahun yang dilakukan oleh nenek moyang kita sebagai pahlawan kemerdekaan. Perjuangan kemerdekaan itu telah memberikan banyak pengalaman dan pelajaran yang tidak sedikit, sehingga cukup untuk menjadi pedoman bangsa Indonesia untuk melangkah jauh ke depan. 

Ketika masa perjuangan, politik pecah belah atau devide at impera menjadi suatu tantangan tersendiri, sepak terjang Belanda NICA yang dilindungi oleh Inggris melaksanakan kebiadabannya kian terang benderang merusak perikemanusiaan dan melanggar undang-undang internasional. Berkali-kali perjanjian yang dibuat oleh Belanda atau Inggris untuk Indonesia yang acap kali merugikan kita, mulai dari perjanjian Linggarjati hingga perjanjian renville dan lainnya. Sekian kali perjanjian diikat maka sekian kali pula mereka merusaknya yang menyebabkan kerugian besar di pihak bangsa Indonesia. 

Istilah manis sama dirasa, pahit sama ditelan menjadi semboyan persatuan, yang mana kerap kali berusaha dirongrong baik dari eksternal maupun internal dengan memanfaatkan para pecundang yang menjadi penghianat bangsa sudah menjadi hal lumrah dalam setiap perjuangan. 

Menteri pertahanan, Mr. Amir Syarifudin ketika itu, menuturkan bahwa "kekuatan rakyat harus merupakan kekuatan total, jalan damai sukar digunakan". Hal ini menunjukkan bahwa perjuangan yang dilakukan bangsa Indonesia bukanlah perjuangan kecil-kecilan dan juga perjuangan yang bersifat sampingan apalagi untuk mencari keuntungan sendiri. 

Kekejaman penjajah dan tipu muslihatnya seperti yang dilakukan oleh Israel ketika memberikan selebaran pemberitahuan agar masyarakat Gaza mengungsi ke selatan dibalas dengan bombardir rudal yang menewaskan masyarakat sipil. Hal serupa juga dirasakan oleh bangsa Indonesia ketika Belanda masuk ke- Mojokerto pada 17 Maret 1947 dengan menggunakan penyamaran berbendera merah putih dan tipu muslihat, lalu berupaya menguasai Mojokerto. Ketika masyarakat menyadari hal itu mereka berupaya untuk melarikan diri dari kekejaman penjajah, sehingga masyarakat yang berkumpul di malam hari di stasiun kereta tidak luput dari bombardir yang diikuti dengan penyebaran berita melalui selebaran agar masyarakat tetap bekerja sebagaimana mestinya. 

Dari hal di atas kita dapat melihat bahwasanya watak penjajah yang merasa dirinya lebih kuat dari yang lain maka mudah baginya untuk memungkiri janji-janji dengan berbagai alasan. 

Oleh sebab itu dapatlah kita mengambil pelajaran bagaimana politik menjadi sebuah seni untuk menang secara halus, tak jarang hal itu ditimpali dengan tindakan-tindakan yang tidak berperikemanusiaan oleh penjajah yang haus kekuasaan. Terakhir perjuangan Indonesia yang hingga berpuluh-puluh tahun lamanya, ahkhirnya berbuah hadiah yang dinanti-nanti oleh kita semua disebut dengan kemerdekaan semoga hadiah yang sama dapat segera didapatkan oleh bangsa Palestina. 

Sebab bangsa Palestina saat ini mengalami perjuangan yang dahulu kita rasakan yang dapat mewujudkannya hanyalah rahmat Allah subhanahu Wa ta'ala dan persatuan dunia Islam untuk bangkit melawan penjajahan dan kezaliman. 

Tags:

#Semangat kemerdekaan #Paestina Indonesia

Komentar :

    Belum ada komentar.

Berikan Komentar